Senin, 10 Desember 2007

AIR MATA

Oleh Pai
Alumni ESQ ANGKATAN PROFESIONAL V

Menangis memang terasa romantis. Tapi bagi seorang laki-laki, menangis bisa menerabas batas harga diri. Tak mudah air mata yang bening menetes dari kelopak. Memang, air mata tak bisa dipaksa. Disaat ia akan menetes, tak akan bisa dibendung. Bak air bah yang mengamuk menerjang bendungan.


Suasana itulah yang dirasakan ketika mata terpejam mendengar kisah seorang ayah harus menyembelih anak yang sangat dicintainya. Tiba-tiba terbayang sosok anaku yang mungil di seberang lautan sana. Teriris rasanya hati ini saat terlintas di benaku keceriaan, kelucuan dan keluguannya.

Saat itu pula, air mata tak bisa dibendung. Entah, air mata apa itu. Cinta, sedih atau perasaan bersalah karena tak bisa menyentuh kulitnya, membelai rambutnya dan menatap matanya.

Air mata dan tangis semakin menjadi-jadi saat mendengar sang ayah membawa anaknya kesebuah bukit untuk melaksanakan perintahNya. Si anak juga dengan perasaan cintanya memohon agar sang ayahnya tetap ikhlas menjalankan perintahNya. ‘’Tutup wajah ku dengan selembar kain. Agar, tak satu pun buliran air mata ayah menetes ketika parang tajam mulai mengoyak kulit leher ku.’’

Dada mulai terasa sesak. Kini tak hanya air mata. Tapi diikuti pula penyesalan yang sangat mendalam. Sebuah penyesalan mengapa cinta ini sejak dulu terbagi. Pantaskah mencintai selain Dia. Aku baru terhenyak, saat mendengar kembali cerita itu, bahwa prosesi di puncak gunung hanyalah sebuah kiasan betapa kita sudah menghianati cinta Zat Maha Pencinta.

Sesak di dada nyaris membuat nafas ini terhenti. Alangkah tubuh ini berlumuran dosa yang tak terasa dan terkira. Hanya gara-gara perasaan yang agung bernama cinta. Sekali lagi, aku akhirnya tersadar saat mendengar akhir dari sebuah kisah tadi. Betapa kini aku sadar, bahwa tidak ada yang lebih pantas dicintai dari pada cinta ku padaNya. Tak terkecuali cinta Ibrahim Alaissalam kepada anaknya Ismail Alaissalam . ***

Jumat, 30 November 2007

TEMU ALUMNI ESQ TARAKAN


Tarakan, 30 Nopember 2007

Kepada
Yth.Para Alumni ESQ se Kota Tarakan
di-
TARAKAN


Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Segala puji hanya milik Allah SWT, Sholawat dan salam bagi junjungan Nabi Muhammad SAW,
teriring do'a semoga kita semua senantiasa mendapat curahan rahmat dan Hidayah Allah SWT.

Sehubungan akan dilaksanakan TEMU ALUMNI ESQ dan RENUNGAN 165 Se Kota Tarakan
yang INSYA ALLAH akan dipandu oleh TRAINER ESQ LC 165 dari Jakarta,Berkenaan hal tersebut kami mengundang para Alumni ESQ se-Kota Tarakan untuk berkenan hadir pada:


-Hari/Tanggal :Rabu,5 Desember 2007
-Pukul :19.00 BTAWI
-Tempat :Ruang Kayan Hotel Tarakan Plaza
-Acara :Temu Alumni ESQ dan Renungan 165
-Nara Sumber : Muhammad Subhan


Mengingat pentingnya peran serta kita semua dalam acara tersebut, mohon kiranya
bisa hadir tepat waktu.

Demikian atas perhatian dan kerja sama yang baik kami ucapkan terima kasih.


Mengetahui
Wakil Walikota Tarakan
H.THAMRIN AD


Forum Komunikasi Alumni ESQ
Kota Tarakan
WIPRARTONO SOEBAGIO

Minggu, 04 November 2007

MENCARI TUHAN

Oleh ARY GINANJAR AGUSTIAN

KAMI tak pernah menyangka, perjalanan mendaki ke Bukit Sinai demikian sulit dan terjal. Ketinggian yang mencapai 2.500 meter, suhu yang sangat dingin hingga di bawah 5 derajat Celcius, serasa membuat tubuh ini membeku. Waktu tempuh empat jam mengendarai unta mulai pukul 1.00 dini hari hingga 5.00 dan setengah perjalanan ke depan terhampar 990 anak tangga yang harus kami naiki. Tidaklah mudah bagi kami melakukannya.

Perjalanan yang sulit dan terjal tersebut seolah memantulkan pelajaran kepada kami tentang bagaimana langkah-langkah besar mencari nilai-nilai hakiki. Ya, perjalanan mencari Tuhan seorang nabi dan rasul sejatinya selalu diuji dengan kesulitan dan pendakian. Namun, apabila sang hamba telah berhasil memenangkannya, tentulah keyakinan yang diperolehnya akan berbuah kekuatan dan kedahsyatan, seperti yang dialami tiga nabi besar –Nabi Ibrahim a.s., Musa a.s., dan Muhammad saw.

Tahapan perjalanan Nabi Musa mencari Tuhan dimulai dengan pendakian ke Bukit Thursina. Lembah Tuwa (Muqaddas Tuwa) yang berhasil dicapainya selama 40 hari. Waktu yang panjang tersebut dihabiskan untuk bermunajat kepada Allah Sang Pencipta. Di tengah doanya, Nabi Musa memohon kepada Tuhan, Qaala Rabbi ariniii andzur ilaika? (Ya Allah Tuhanku, perlihatkan diri Engkau kepadaku agar aku dapat melihat Engkau). Dan ketika Allah meng-ijabah kata-kata Musa a.s., dengan menampakkan kedahsyatan-Nya lewat bukit yang terbelah dan hancur, muncullah keyakinan dalam diri Musa. Dari peristiwa inilah sejatinya kecerdasan spiritualitas (spiritual quotient, SQ) dimulai.

Ketika keyakinan telah terpatri dalam dada seorang Musa a.s., barulah kemudian ia siap diutus Tuhannya untuk menghadapi Fir’aun. Ia perlihatkan eksistensi Allah SWT melalui peristiwa terbelahnya Laut Merah hingga mampu menyelamatkan Bani Israel dari kejaran pasukan Fir’aun.

Hal yang sama diperintahkan Tuhan kepada Muhammad untuk menghadapi kaum kafir Quraisy. Sebelumnya, Nabi Muhammad bertafakur di Gua Hira yang untuk mencapai puncaknya juga butuh perjuangan berat.

Dari peristiwa tersebut, seakan sinyal-sinyal dari Yang Mahakuasa hendak membisikkan pada kita semua, bukankah ini tahapan-tahapan penting dalam membangun sebuah peradaban manusia? Bukankah hal ini pula yang telah Allah perintahkan kepada Nabi Muhammad agar mampu membangun peradaban Islam yang masyhur itu?

Perhatikanlah tiga tahapan ketika Nabi Muhammad membangun masyarakat. Pertama, tahapan Gua Hira (mencari Tuhan); kedua, tahapan Mekah (membangun tauhid), dan ketiga, tahapan Madinah dengan membangun peradaban.

Hal serupa juga diajarkan Allah kepada Musa a.s. yaitu, (1) Tahapan Gunung Sinai (mencari Tuhan), (2) Tahapan menghadapi Fir’aun dengan membelah lautan, dan (3) Tahapan hijrah ke Palestina. Sekarang cobalah Anda semua renungkan, tidakkah ini serupa pula dengan tahapan perjuangan Nabi Ibrahim?

Bukankah tahapan perjuangan Nabi Ibrahim a.s. adalah (1) Wukuf di Arafah (mengenal Tuhan dan jati diri), (2) Tawaf (membangun tauhid), dan (3) Sai. Dari 3 tahapan yang dilalui tiga nabi besar yang diutus Allah SWT tersebut, makin kuatlah keyakinan kita tentang tiga tahapan dalam membangun sebuah peradaban. Peradaban besar yang kini sedang dibangun bangsa Indonesia menuju zaman keemasan. Tiga tahapan inilah yang dalam bahasa sekarang dinamakan spiritualitas, mentalitas, dan intelektualitas atau ketuhanan, karakter bangsa dan ekonomi. Itulah Indonesia emas. Allahu Akbar.***

MEMBANGUN INSAN VISIONAR

Oleh Ary Ginanjar Agustian

SEBERAPA besar perubahan Anda setelah membaca al-Fatihah? Sesungguhnya al-Fatihah yang dibaca, jika benar-benar diresapi akan memotivasi kita untuk senantiasa berusaha meningkatkan diri. Yang terjadi, sering kali al-Fatihah bagaikan angin lalu, tak berdampak apa-apa dalam hati.

Kita diharuskan mengulang-ulang bacaan, bukan hanya sekadar mengucapkan, namun supaya terbenam di dalam hati. Karena itu, al-Fatihah dibaca dalam setiap rakaat salat.

Nabi Muhammad diturunkan untuk memperbaiki akhlak manusia. Akhlak al-Fatihah yang menjadikan manusia senantiasa memperbaiki diri dari hari ke hari. Karena itu, jadikanlah al-Fatihah sebagai alat untuk mengevaluasi seberapa besar perubahan yang kita lakukan setelah membaca al-Fatihah.

Ketika kita mengucapkan Alhamdulllahi Robbil ‘alamin, kita benar-benar menyadari bahwa seluruh puji-pujian, kemuliaan, keagungan, hanya milik Allah. Dengan kalimat ini kita disadarkan, bahwa kita tidak mencari pujian dan tidak mencari apa pun. Segala pujian hanyalah untuk Allah penguasa alam semesta yang luasnya tak terkira. Ucapan ini semestinya mampu membesarkan jiwa kita, lalu seberapa besar perubahan jiwa kita setelah membaca kalimat ini?

Ketika kita membaca Arrahmanirrahim, hati kita dipenuhi dengan kasih sayang. Rahman rahim Allah turun di muka bumi karena itu kita harus menyadari bahwa seluruh rahman rahim di alam semesta ini dan juga yang ada dalam diri kita bersumber dari Allah. Setelah mengucapkan Arrahmanirrahim, seberapa besar kasih dan sayang yang kita sebarkan pada sekeliling kita?

Ketika mengucapkan Maaliki yaumiddiin, kita membangun visi ke depan yaitu pada Sang Raja Hari Kemudian. Kita diminta menjadi seorang yang visioner, seberapa jauh visi kita ke depan?

Cita-cita kita hanya Allah dan Nabi Muhammad, karena itu kita membaca Iyyaka na’budu waiyyak anasta’in, pada Allah kita berserah dan pada Allah kita minta pertolongan. Bertawakkal hanya pada Allah. Inilah janji pada Allah, akhlak yang menggantungkan diri pada Allah. Lalu, seberapa besar komitmen Anda pada Allah?

Selanjutnya yang terpenting dan relatif sulit, yaitu akhlak untuk senantiasa mengamalkan iman menjadi ladang amal yang nyata. Karena itu jangan sampai mengucapkan Ihdinashirotol mustaqiim, tapi tidak dijalankan dan direalisasikan ke dalam setiap pekerjaan Anda. Masih banyak yang harus dikerjakan, seberapa banyak aplikasi kita dalam gerak nyata?

Ucapan Shirathaladzina an’amta ‘alaihim senantiasa diulang-ulang agar kita tahu mana jalan terbaik yang sesuai dengan perjanjian kita dengan Allah. Yaitu, jalan penuh kreativitas, kebersamaan, tanggung jawab, jujur, dan lain lain. Inilah yang dimaksud makin dekat dengan sifat Allah. Seberapa banyak Anda mengambil sifat yang diajarkan Allah?

Setelah itu baru Ghairil maghdubi ‘alaihim wa ladhdhaalin, buang lah kebiasaan buruk dalam diri kita, seperti malas, ngantuk, mengerjakan pekerjaan tidak selesai, dan tidak peduli. Kita usir syaitan dengan ucapkan ghairil maghdubi ‘alaihim, lalu seberapa banyak kita membuang sifat buruk?

Al-Fatihah adalah cahaya yang memberi kekuatan pada kita semua. Hati yang mati bila dibacakan al-Fatihahal-Fatihah? *** berulang-ulang akan menghidupkan sifat rabbani yaitu manusia yang orientasinya mengacu pada Allah semata. Ini lah modal kita untuk membuat setiap hari menjadi lebih baik. Seberapa besar perubahan kita setelah mengucapkan

HIDUP INI IBARAT MIMPI

Oleh ARY GINANJAR AGUSTIAN

AKHIR-AKHIR ini Indonesia dilanda berbagai musibah baik di darat, laut, maupun udara. Media massa dengan gencar memberitakan kecelakaan menimpa kereta api (KA), tenggelamnya kapal laut, dan kecelakaan pesawat udara.

Belum hilang ingatan kita akan bencana-bencana tersebut, wilayah Jakarta dan sekitarnya seperti Bekasi dan Tangerang tergenang banjir. Kehidupan masyarakat dan perekonomian menjadi lumpuh dibuatnya.

Kita semua prihatin dan tentu saja harus mengadakan introspeksi dan evaluasi di balik semua musibah tersebut. Pada Rakernas dan Temu Alumni ke-2 di Bukittingi, Sumatra Barat, belum lama ini, para alumni ESQ mengumpulkan dana sehingga mencapai Rp 65 juta untuk musibah di Sumatra Barat.

Terlepas dari semua itu, kita sepatutnya mengenang kembali makna hidup di dunia ini. Patut disyukuri bahwa hari ini kita masih dapat berjumpa. Sebuah perjumpaan di alam mimpi. Karena, jika kita renungi, sesungguhnya hidup ini adalah mimpi.

Kehidupan saat ini ibarat bayang-bayang, tidak nyata. Hidup ini bagaikan tidur tadi siang, dan ketika terbangun itulah akhirat. Semoga kita senantiasa sadar bahwa sesungguhnya kita dalam impian.

Saya katakan demikian, karena dunia ini adalah tempat kehidupan yang belum ada konsekuensinya secara sempurna. Jadi, apabila kita berbuat baik, kebaikan itu tidak sepenuhnya berbalik jadi kebaikan saat ini. Ketika kita berbuat kemuliaan, kemuliaan itu belum tentu muncul di hadapan kita saat ini.

Begitu pula ketika kita berbuat kejahatan, keburukan, atau kemalasan, dampaknya hanya sebagian yang ditunjukkan saat ini, dan ada yang tersembunyi di belakang.

Oleh karena itu, kita patut bersyukur jika ujian atau hukuman itu datang. Ujian bisa berupa sakit, kehilangan harta benda, atau musibah lainnya. Semua itu dasarnya merupakan keseimbangan yang harus kita terima sebagai akibat logis dari keseimbangan alam semesta.

Dalam hal ini, kita dapat melihat teladan Nabi Muhammad sebelum mengembuskan napas terakhirnya. Menyadari usianya tak akan lama lagi, Nabi Muhammad bertanya, “Siapa yang dulu aku sakiti, maka berilah aku balasan seperti yang pernah aku lakukan.”

Hal ini menyiratkan bahwa Nabi lebih senang mendapatkan balasan di dunia daripada nanti di akhirat. Oleh karena itu, kita tidak usah bersedih jika mendapat masalah, penderitaan, dan kekurangan. Itu semua adalah efek dari apa yang kita lakukan, sedangkan efek sisanya akan lunas di akhirat. Yang berbuat baik bunganya akan didapatkan di akhirat, di hari pembalasan.

Pikiran, kata, dan sikap akan berdampak pada alam. Dampak itu semuanya akan direspons oleh alam. Karena alam memiliki kesadarannya sendiri. Sesungguhnya alam itu adalah energi, yang dalam ilmu fisika disebut Fisika Quantum Vacuum.

Dari manakah semua itu? Siapakah yang menyeimbangkan? Dialah 99 energi, 99 kekuatan Kuantum Vacuum. Sesungguhnya, itu semua adalah energi Asmaul Husna. Kebaikan dibalas dengan kebaikan, keburukan dibalas dengan keburukan, demi menjaga keseimbangan.

OIeh karena itu, selama kita masih hidup di dunia, berlomba-lombalah dalam menciptakan balasan atau konsekuensi, yaitu surga. Berlomba-lombalah untuk menciptakan semua kebaikan yang tidak dilihat oleh manusia ataupun yang terlihat pandangan orang lain.

Sadarlah, kita semua masih mimpi, karena kita semua masih berada dalam bayang-bayang. Kita berada di alam fana, bukan di alam sesungguhnya. Percayalah, suatu hari ketika masuk di alam pembalasan, kita akan mengatakan benar bahwa saya dulu di dunia hanyalah mimpi, dan sekarang adalah nyata.***

Sumber : Pikiran Rakyat

OXFORD TUNDUK OLEH ARY DENGAN ESQ

Ary Ginanjar Agustian mendapat kesempatan memaparkan ESQ 165 (kecerdasan emosional dan spiritual) di seminar Internasional tentang spiritualitas di Oxford University, London, Inggris. Seminar pada 11-18 Maret lalu, diselenggarakan oleh The Oxford Academy of Total Inttelligence yang didirikan dan dipimpin oleh Prof. Dr. Danah Zohar dan Prof. Dr. Ian Marshal, penulis buku laris manis Spiritual Capital.

Menurut Ary, acara tersebut dihadiri para pakar spiritual dari berbagai universitas di seluruh dunia, serta pemimpin dari lembaga pelatihan dari berbagai bangsa dengan berbagai latar belakang agama seperti Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha bahkan ada yang tidak memiliki agama.

“Saya sendiri tidak membayangkan sebelumnya, ketika selesai pemaparan hampir seluruh peserta termasuk Danah Zohar dan Ian Marshal memeluk saya dan berkata, ‘Benar Ary, Allah is Great (Allah Maha Besar) and Allah is Beautiful (Allah Maha Indah),” ujarnya.

Mengutip perkataan Danah Zohar, Ary mengatakan, ESQ membawa pesan cinta dan kasih sayang, sehingga diharapkan dapat memperbaiki hubungan Islam dan Barat. “Padahal, awalnya sempat ragu dalam membawakan materi ESQ di hadapan para peserta yang datang dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Nepal, Australia, Slovenia, India, dan Afrika Selatan dengan gelar profesor dan doktor,” tuturnya.

Namun, semangat cinta dan kasih sebagai salah satu pesan dari materi ESQ telah membawa seorang peserta dari Afrika Selatan, Dr. Fritz Holscher, mulai memahami Islam. Padahal, Dr. Fritz mulanya tidak kenal Islam dan menganggap Islam itu menakutkan, sehingga selalu konflik dengan agama lain seperti Kristen.

Dengan respons luar biasa dari para peserta seminar, maka makin menambah keyakinan Ary Ginanjar bahwa ESQ 165 dapat diterima oleh semakin banyak bangsa di dunia. “Perkembangan ESQ ke dunia internasional cukup pesat, terutama di Belanda dan Malaysia. Di Malaysia alumni ESQ berjumlah 1.350 orang dan insya Allah bulan April, Pemerintahan Negara Bagian Trengganu mengundang ESQ untuk memberikan in house training bagi 500 pejabatnya,” katanya.


Melalui sambungan telefon internasional, Ary menyatakan, perkembangan ESQ yang pesat merupakan bantuan dan skenario Allah. “Apalah artinya saya yang sangat minim ilmu, namun alhamdulillah telah mencoba menyampaikan nilai-nilai spiritualitas ESQ 165 kepada 288 ribu orang di seluruh Indonesia dan berbagai negara di dunia,” katanya.

Ditambah sumber lainnya …

“….dan mereka minta diperdengarkan kembali asmaul husna
mereka menyatakan bahwa asmaul husna ini betul - betul sudah ada didalam diri mereka
mereka tegaskan akan bantu ESQ 165 menyebarkan ke seluruh dunia
bahkan ada salah seorang peserta menyatakan atas nama GEORGE BUSH ia meminta maaf kepada PAK ARY DAN UMAT ISLAM atas presepsinya yg salah selama ini..

Setelah semua selesai peserta tdk mau bubar hmpir smua tertunduk diam termenung dan setelah itu mereka memeluk pak Ary “

SUBHANALLAH …. !

BISNIS DENGAN TUHAN

Oleh ARY GINANJAR AGUSTIAN

ORBIT alam semesta adalah teladan terindah konsep keteraturan. Ia adalah sistem yang dipelihara Yang Maha Kuasa, dalam kesatuan mekanisme yang tertata penuh keseimbangan. Rangkaian siklus kehidupan semesta raya usai proses penciptaan oleh-Nya. Ia yang secara sunatullah selalu terjaga dalam mekanisme kesempurnaan. Inilah Well Organized Principle, yaitu kemampuan untuk membuat sebuah mekanisme terpelihara dalam garis orbitnya.

Tanpa sadar, seringkali kekurangdisiplinan mengabaikan kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan. Saat keberhasilan mengupayakan kebaikan pada klien, kita alpa pada kebaikan selanjutnya, yang harusnya terus dipelihara dan ditingkatkan. Inilah alasan mengapa kunci Well Organized Principle adalah kedisiplinan. Kedisiplinan mampu memelihara siklus kebaikan meski ketika kita telah merasa letih pada nasabah, pelanggan dan konsumen.

Seperti Allah, yang selalu tak bosan menumbuhkembangkan dedaunan hijau, merontokkan helai daun dan kelopak bunga yang layu. Melahirkan yang tumbuh, mendatangkan kematian. Tiada lelah mengiringi sifat-Nya.

Dalam bisnis, membangun sebuah usaha adalah kemampuan memelihara sistem yang telah ada, dan senantiasa selalu meningkatkannya. Inilah beda antara sistem pengelolaan manusia yang harus selalu ditingkatkan, dengan sistem manajemen Allah yang maha sempurna. Merujuk ke Q.S. Ar Rahmaan ayat 1-13, maka pebisnis yang baik sejatinya harus menyimak makna yang terkandung di dalamnya. Yakni, pebisnis harus bersifat rahmaan (kasih sayang), memerhatikan hukum alam, menciptakan produk/jasa yang unggul, dan memiliki nilai yang sesuai dengan fitrah. Dibutuhkan pula keteraturan dan keseimbangan, tunduk patuh pada sistem perusahaan yang telah ditetapkan dan tingkatkan terus kualitas dengan berpegang pada hukum alam.

Selain itu, jangan pernah keluar, apalagi meruntuhkan keseimbangan, bersikap adil, jujur dan penuh perhitungan, menyiapkan bumi sebagai fasilitas pelayanan, dan tampilkan dengan indah produk & jasa Anda. Ingat, jangan pernah berhenti menampilkan keindahan dari produk/jasa Anda. Terakhir, nikmat mana kah dari Tuhanmu yang kau dustakan?

Demikianlah gambaran sebuah usaha/bisnis yang berbasis pada keseimbangan alam. Ia adalah rona keindahan sifat-sifat Ilahiah yang dipersonifikasikan sebagai kelopak mayang serta putik bunga inovasi dan ide kreatif yang menggayut teguh di tangkai batang sistem pengaturan alam semesta yang kokoh. Fa bi ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaan.***

M. Razib Abu Bakar Jadi Pengarah ESQ

AWALNYA Muhammad Razib Abu Bakar menjalani profesi sebagai insinyur teknik, tapi hidupnya berubah drastis setelah berkenalan dengan training ESQ. "Saya ikut training ESQ di Padang, Sumatera Barat, pada Desember 2004 bersama dengan istri saya Sharifah Noorul Huda. ESQ saat itu belum masuk ke Malaysia," katanya.

Ditemui di Bukittingi, belum lama ini, Razib menceritakan awalnya ia hanya membaca buku "ESQ Power" karya Ary Ginanjar Agustian. "Kalau IQ dan EQ saya sudah tahu, tapi belum tahu ada tajuk buku 'ESQ Power'. Setelah saya baca, saya berjanji apabila penulis buku mengerjakan apa-apa yang ia tulis, maka saya harus bertemu dengannya," katanya.

Menurut Razib, umumnya buku sebatas tulisan, namun ESQ memiliki kelebihan karena disertai dengan training. "Pak Ary Ginanjar itu bukan penceramah melainkan trainer. Kalau penceramah hanya bicara dan yang lainnya mendengarkan, tapi kalau trainer langsung turun bersama dengan peserta sehingga menjadi bagian dari peserta," ucapnya.

Setelah ikut training ESQ, Razib kini beralih menjadi pengarah (penasihat) ESQ Leadership Centre, Sdn.Bhd, yang didirikan ESQ Leadership Centre Jakarta dan alumni ESQ dari Malaysia. "Pada tahun 2006 kita mengadakan tiga training di Malaysia, sedangkan tahun 2007 sudah ada dua training. Jumlah seluruh alumni ESQ Malaysia di atas 700 orang, " katanya.

Razib menambahkan, training ESQ mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat dan pejabat Malaysia sehingga tahun 2007 ini setiap bulan ada training. "Perusahaan besar seperti Petronas, Bank Muamalat, Tabung Haji, Hospital Kuala Lumpur, dan lain-lain sudah mengirimkan karyawannya untuk ikut training," katanya.(Sarnapi/"PR")***

http://www.pikiran-rakyat.com/

Jumat, 02 November 2007

ESQ BUKAN ALIRAN AGAMA

Bagi pemerhati ESQ yang belum mengikuti training ESQ, dianjurkan untuk meminta Informasi langsung Kepada orang yang betul-betul mengetahui ESQ, Dengan cara ini, Anda akan mendapat Jawaban yang benar dan utuh . penjelasan dari pihak-pihak tertentu bahwa ESQ adalah aliran agama tertentu, tidak benar.

ESQ adalah lembaga training Sumber Daya Manusia dan manajemen SDM layaknya lembaga-lembaga training lain seperti Dale Carnegie, Seven Habits dan lainnya. Bukan lembaga agama. Yang menjadi pesertanya adalah masayarakat umum mulai dari pejabat, pengusaha, karyawan, perusahaan-perusahaan swasta, BUMN, instansi pemerintah, tentara, ormas, partai politik hingga guru. Kalaupun dalam penyampaian materi training ESQ terdapat ajaran Islam, itu semata karena universalitas nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur’an. Walaupun ESQ kerap menggunakan ayat-ayat Al Qur’an sebagai referensi, namun banyak saudara-saudara yang non muslim menjadi peserta. Mereka berbaur dengan peserta lainnya. Ini adalah bukti bahwa ESQ adalah training SDM yang bisa dihadiri oleh semua kalangan yang bersifat universal, tanpa memandang kelompok atau golongan tertentu.



ESQ bukanlah ormas, atau bahkan lembaga dakwah. Tak ada aliran apapun yang dibawa oleh ESQ. ESQ adalah oksigen, netral tapi membawa manfaat bagi lingkungannya. ESQ berusaha merangkul semua kelompok masyarakat tanpa melihat latar belakang kelompok, golongan atau apapun juga. Itulah yang ESQ lakukan selama lebih dari 5 tahun ini. Yaitu menyadarkan kepada masyarakat bahwa tidak cukup hanya berkiblat pada IQ, tapi juga kita butuh EQ dan SQ dalam membangun SDM yang paripurna.


DEFINISI ESQ

DEFINISI
--------------------------------------------------------------------------------
Kecerdasan Spiritual (SQ)
Adalah kemampuan untuk memahami makna (meaning) dan nilai (value) tertinggi
kehidupan serta tujuan (vision) fundamental kehidupan.
SQ menjawab pertanyaan paling mendasar :
”siapa saya?”,
”untuk apa saya dilahirkan?”, dan
”mau kemana saya?”.
SQ memiliki kemampuan untuk mengatur diri (self organizing) dan memberikan
kemampuan bawaan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah.
SQ adalah perekat yang menghubungkan semua manusia secara universal.
Kecerdasan Emosi (EQ) : Adalah kemampuan untuk memahami dan ikut merasakan apa yang dialami diri
sendiri, orang lain dan kemampuan untuk membaca emosi orang lain atau situasi sosial
tempat kita berada dan menanggapinya dengan tepat.
Singkatnya EQ adalah kemampuan kita merasa, disamping ketahanan mental.


Kecerdasan Intelektual (IQ) : Adalah kemampuan numerikal (berhitung), spasial (ruang), dan linguistik
(bahasa).


Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) : Adalah cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi spiritual dalam
proses berpikir kita (IQ) dan proses merasa kita (EQ) dalam membuat keputusan serta
dalam berpikir atau melakukan sesuatu


The ESQ Way 165
Membangun kecerdasan emosi dan spiritual berdasarkan nilai-nilai 165 :
1. SQ dibangun berdasarkan 1 rukun Ihsan sebagai Core Value (Nilai Dasar).
2. EQ dibangun berdasarkan 6 rukun Iman sebagai landasan mental.
3. Dimensi fisik dibangun melalui esensi 5 rukun Islam sebagai langkah fisik.
4. Pancasila sebagai landasan negara dilahirkan pada tanggal 1-6-1945.
5. 165 adalah simbol penyatuan Nilai Spiritual dan Landasan Negara.




LANDASAN PEMIKIRAN
--------------------------------------------------------------------------------
Suatu tantangan terberat dalam meningkatkan kinerja perusahaan adalah masalah mutu sumber daya manusia.
Berdasarkan hasil survey jangka panjang yang sangat komprehensif tentang faktor-faktor penentu dalam menciptakan bintang-bintang kinerja di perusahaan, ternyata 20% ditentukan oleh IQ, dan 80% oleh EQ, atau Kecerdasan Emosional (Daniel Goleman, Executive Intelligence)
Contohnya, kemampuan dasar seperti technical skill umumnya lebih mudah diajarkan, tetapi ketika mengajarkan tentang integritas, kreatifitas, komitmen, konsistensi, dan persistensi (daya tahan), sincerity (ketulusan), visi dan leadership, maka perusahaan menghadapi masalah. Padahal justru sikap-sikap seperti inilah yang sangat dibutuhkan perusahaan dalam menghadapi tugas dan tantangan. Banyak perusahaan mengirimkan manajer dan para staffnya untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan seperti yang banyak di tawarkan saat ini, dengan harapan agar terjadi perubahan sikap sehingga hasilnya diharapkan biasa memacu kinerja perusahaan. Namun dampak nyata sebuah pelatihan apapun jenisnya adalah mereka hanya mendapatkan "angin energi baru", dan itu hanya berlangsung sesaat, karena sesudah itu para peserta pelatihan kembali kepada kebiasaan lama. Dampak yang paling umum adalah rasa percaya diri. Setidaknya untuk beberapa waktu saja. (Richad Boyatzis, Research in Organizational Change and Development IX, 1993)

Selain itu, terjadi pemisahan antara semangat bekerja pada perusahaan dengan semangat spiritual ke-Tuhan-an. Akhirnya terjadi sekularisme pada dua kutub yaitu kutub duniawi versus spiritual. Timbul kesan bahwa salah satu sisi justru bisa melemahkan sisi lainnya yang berbuntut pada krisis value (makna). Sehingga mulai timbul rasa kebosanan dan kegelisahan dalam menjalankan tugas. Bekerja seolah hanya untuk mencari uang, tanpa memahami makna besar dan mulia di balik tugas


SOLUSI
--------------------------------------------------------------------------------
Setiap individu perlu mendapatkan suatu pelatihan dan pemahaman tentang kecerdasan emosi (EQ), dengan tujuan menciptakan manusia yang memiliki karakter tangguh melalui training.

Setiap Individu perlu mengetahui dan memahami bahwa kecerdasan spiritual justru mampu meningkatkan kemampuan EQ di samping SQ sehingga pelatihan berjalan sepanjang hidup.

Mensinergikan rasionalitas duniawi (EQ) dengan semangat spiritual (SQ), sehingga terjadi suatu perpaduan yang dasyat (ESQ®) untuk membangun karakter manusia yang paripurna.

Mampu memberi makna luhur terhadap pekerjaan dan tugas sehari-hari yang diperoleh dari metode ESQ sehingga individu akan merasakan makna kehidupan yang sangat indah ketika sedang bertugas atau menghadapi masalah yang berat sekalipun.

Meningkatkan kemampuan untuk mengangkat suara hati spiritual terdalam (unconscious mind) sehingga sumber kecerdasan spiritual yang terletak pada God Spot manusia terangkat ke permukaan.

ESQ SEBAGAI OKSIGEN

Training ESQ bukanlah sebuah ceramah agama seperti informasi yang pernah orang-orang sangkakan. Meski banyak mempergunakan ayat-ayat Alquran, training ESQ sesungguhnya adalah sebuah konsep baru training manajemen dan sumber daya manusia yang mensinergikan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) secara ilmiah. Training ESQ akan menciptakan manusia-manusia unggul dan paripurna yang sangat bermanfaat baik untuk pribadi maupun kepentingan kinerja perusahaan secara transendental.
Beragamnya orang yang mengikuti training ESQ karena materi dan metode yang diberikan dapat diterima oleh semua kalangan. Tak mengherankan jika dalam sebuah training, Kita akan menemui orang-orang yang memiliki latar belakang sosial, politik dan budaya yang berbeda.
ESQ mengkondisikan diri sebagai oksigen. Kehadirannya netral dan tak berwarna namun sangat penting bagi kehidupan. ESQ tidak berafiliasi dengan kelompok, golongan, dan aliran tertentu. ESQ hanya ingin mewujudkan Indonesia Emas 2020 bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya berdasarkan Pancasila dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI) yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang berhati emas.

APA ITU KECERDASAN SPIRITUAL

Apa itu Kecerdasan Spiritual?

Ada sebuah perusahaan obat di Jepang yang hampir tutup karena kalah bersaing. Kemudian pimpinan perusahaan tersebut meliburkan seluruh karyawannya dan mengirimkan mereka ke rumah sakit-rumah sakit yang ada di Jepang dengan tujuan agar mereka dapat melihat secara langsung obat tersebut dipergunakan oleh pasien. Setelah obat tersebut diberikan kepada pasien yang ada di rumah sakit, di antara mereka ada yang sembuh, ada yang tidak sembuh, bahkan ada yang meninggal. Setelah tiga sampai enam bulan, seluruh karyawan kembali dipanggil untuk bekerja. Ternyata, setelah dipanggil dan bekerja kembali, prestasi mereka menjadi bagus. Obat-obatan yang diproduksi pun semakin berkualitas.
Ketika ditanya, apa yang membuat mereka mampu meningkatkan kinerjanya? Ternyata jawabannya, ketika mereka membuat obat, mereka teringat dengan ayah dan ibunya yang diobati. Mereka membuat obat seakan-akan untuk menyembuhkan orang tua mereka sendiri. Hal ini membuat mereka bekerja secara maksimal agar obat yang dihasilkan berkualitas sehingga dapat menyembuhkan orang tua mereka, termasuk orang lain. Mereka tak lagi melihat materi sebagai imbalan kerja kerasnya. Mereka bekerja sebagai bentuk pengabdian kepada Sang Pencipta. Inilah yang disebut kecerdasan spiritual (SQ), yaitu ketika manusia mampu memaknai kehidupan tertingginya (ultimate meaning), untuk apa ia hidup, untuk apa diciptakan dan ke mana hendak mengarahkan hidupnya kelak. Para karyawan tersebut bekerja karena rasa cinta kepada Sang Maha Pengasih dan Penyayang yang kemudian diwujudkan dengan memberikan rasa kasih sayang terhadap sesama.
Inilah makna Bismillahhirrohmanirrohim. "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"

TEMU SATRIA ESQ

JUJUR
TANGGUNG JAWAB
DISIPLIN
KERJASAMA
VISIONER
ADIL
PEDULI

Kamis, 01 November 2007

BIARKAN HATIMU BICARA


Biarkan Hatimu Bicara
Istafti qalbak,
mintalah fatwa pada hatimu
Kebaikan adalah sesuatu yang membuat hatimu tenang
dan keburukan adalah sesuatu yang membuat hatimu gelisah
Hati kita adalah sumber cahaya batiniah,
inspirasi, kreativitas, dan belas kasih.
Seorang mukmin sejati, hatinya hidup,
terjaga dan dilimpahi cahaya
Jika kata kata berasal dari hati,
ia akan masuk ke dalam hati,
jika ia keluar dari lisan
maka ia hanya sampai telinga
Hati memiliki mata yang digunakan
untuk menikmati pemandangan alam gaib,
telinga untuk mendengar perkataan
penghuni alam gaib dan Firman Tuhan,
Hidung untuk mencium wewangian rohaniah
dan mulut untuk merasakan cinta,
manisnya keimanan serta lezatnya pengetahuan spiritual
Ketika mata hati terbuka,
kita dapat melihat kenyataan yang tersembunyi
di balik penampakan luar dunia ini.
Ketika telinga hati terbuka,
kita mampu mendengar kebenaran
yang tersembunyi di balik kata kata yang terucap.
Melalui hati yang terbuka,
sistem saraf kita dapat menyesuaikan diri dengan
sistem saraf orang lain,
sehingga kita mengetahui apa yang mereka pikirkan
dan bagaimana mereka akan bersikap
"Al Hakim Al Tarmidzi"