Jumat, 02 November 2007

DEFINISI ESQ

DEFINISI
--------------------------------------------------------------------------------
Kecerdasan Spiritual (SQ)
Adalah kemampuan untuk memahami makna (meaning) dan nilai (value) tertinggi
kehidupan serta tujuan (vision) fundamental kehidupan.
SQ menjawab pertanyaan paling mendasar :
”siapa saya?”,
”untuk apa saya dilahirkan?”, dan
”mau kemana saya?”.
SQ memiliki kemampuan untuk mengatur diri (self organizing) dan memberikan
kemampuan bawaan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah.
SQ adalah perekat yang menghubungkan semua manusia secara universal.
Kecerdasan Emosi (EQ) : Adalah kemampuan untuk memahami dan ikut merasakan apa yang dialami diri
sendiri, orang lain dan kemampuan untuk membaca emosi orang lain atau situasi sosial
tempat kita berada dan menanggapinya dengan tepat.
Singkatnya EQ adalah kemampuan kita merasa, disamping ketahanan mental.


Kecerdasan Intelektual (IQ) : Adalah kemampuan numerikal (berhitung), spasial (ruang), dan linguistik
(bahasa).


Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) : Adalah cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi spiritual dalam
proses berpikir kita (IQ) dan proses merasa kita (EQ) dalam membuat keputusan serta
dalam berpikir atau melakukan sesuatu


The ESQ Way 165
Membangun kecerdasan emosi dan spiritual berdasarkan nilai-nilai 165 :
1. SQ dibangun berdasarkan 1 rukun Ihsan sebagai Core Value (Nilai Dasar).
2. EQ dibangun berdasarkan 6 rukun Iman sebagai landasan mental.
3. Dimensi fisik dibangun melalui esensi 5 rukun Islam sebagai langkah fisik.
4. Pancasila sebagai landasan negara dilahirkan pada tanggal 1-6-1945.
5. 165 adalah simbol penyatuan Nilai Spiritual dan Landasan Negara.




LANDASAN PEMIKIRAN
--------------------------------------------------------------------------------
Suatu tantangan terberat dalam meningkatkan kinerja perusahaan adalah masalah mutu sumber daya manusia.
Berdasarkan hasil survey jangka panjang yang sangat komprehensif tentang faktor-faktor penentu dalam menciptakan bintang-bintang kinerja di perusahaan, ternyata 20% ditentukan oleh IQ, dan 80% oleh EQ, atau Kecerdasan Emosional (Daniel Goleman, Executive Intelligence)
Contohnya, kemampuan dasar seperti technical skill umumnya lebih mudah diajarkan, tetapi ketika mengajarkan tentang integritas, kreatifitas, komitmen, konsistensi, dan persistensi (daya tahan), sincerity (ketulusan), visi dan leadership, maka perusahaan menghadapi masalah. Padahal justru sikap-sikap seperti inilah yang sangat dibutuhkan perusahaan dalam menghadapi tugas dan tantangan. Banyak perusahaan mengirimkan manajer dan para staffnya untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan seperti yang banyak di tawarkan saat ini, dengan harapan agar terjadi perubahan sikap sehingga hasilnya diharapkan biasa memacu kinerja perusahaan. Namun dampak nyata sebuah pelatihan apapun jenisnya adalah mereka hanya mendapatkan "angin energi baru", dan itu hanya berlangsung sesaat, karena sesudah itu para peserta pelatihan kembali kepada kebiasaan lama. Dampak yang paling umum adalah rasa percaya diri. Setidaknya untuk beberapa waktu saja. (Richad Boyatzis, Research in Organizational Change and Development IX, 1993)

Selain itu, terjadi pemisahan antara semangat bekerja pada perusahaan dengan semangat spiritual ke-Tuhan-an. Akhirnya terjadi sekularisme pada dua kutub yaitu kutub duniawi versus spiritual. Timbul kesan bahwa salah satu sisi justru bisa melemahkan sisi lainnya yang berbuntut pada krisis value (makna). Sehingga mulai timbul rasa kebosanan dan kegelisahan dalam menjalankan tugas. Bekerja seolah hanya untuk mencari uang, tanpa memahami makna besar dan mulia di balik tugas


SOLUSI
--------------------------------------------------------------------------------
Setiap individu perlu mendapatkan suatu pelatihan dan pemahaman tentang kecerdasan emosi (EQ), dengan tujuan menciptakan manusia yang memiliki karakter tangguh melalui training.

Setiap Individu perlu mengetahui dan memahami bahwa kecerdasan spiritual justru mampu meningkatkan kemampuan EQ di samping SQ sehingga pelatihan berjalan sepanjang hidup.

Mensinergikan rasionalitas duniawi (EQ) dengan semangat spiritual (SQ), sehingga terjadi suatu perpaduan yang dasyat (ESQ®) untuk membangun karakter manusia yang paripurna.

Mampu memberi makna luhur terhadap pekerjaan dan tugas sehari-hari yang diperoleh dari metode ESQ sehingga individu akan merasakan makna kehidupan yang sangat indah ketika sedang bertugas atau menghadapi masalah yang berat sekalipun.

Meningkatkan kemampuan untuk mengangkat suara hati spiritual terdalam (unconscious mind) sehingga sumber kecerdasan spiritual yang terletak pada God Spot manusia terangkat ke permukaan.

Tidak ada komentar: